Senin, 28 Januari 2013

BUDIDAYA IKAN PATIN



BAB I
PENDAHULUAN





1.1.      Latar Belakang
Banyaknya tambak kosong yang dibiarkan oleh petambak udang pada umumnya diakibatkan oleh besarnya biaya produksi dan semakin meningkatnya potensi terserang wabah penyakit. Untuk memanfaatkannya kembali diperlukan alternatif komoditas potensial yang dapat dibesarkan pada periran tambak selain ikan-ikan yang telah umum dibesarkan di perairan tambak.
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang potensial untuk dibesarkan karena kemudahannya dalam pembesaran, daging yang tebal dan bobot individu yang tinggi. Ikan ini memiliki persyaratan budidaya yang mudah karena tahan terhadap kadar oksigen terlarut yang rendah, tidak memerlukan aliran air yang.
 deras dan kolam yang tidak memerlukan persyaratan tertentu sehingga biaya operasionalnya lebih murah. Namun ikan patin merupakan ikan air tawar, sehingga untuk pengangkutan benih dan adaptasi setiba ditempat pembesaran menjadi kendala tersendiri. Air sebagai media hidup ikan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhannya. Beberapa faktor lingkunan yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan adalah suhu, oksigen terlarut, CO2 bebas, pH, salinitas, ammonia dan alkalinitas (Weatherley, 1972).
1.2     Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan patin Pangasius sp. Benih patin ukuran 1,5-2 inci dipelihara pada salinitas awal berbeda, yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 ppt. Salinitas air pemeliharaan ditingkatkan kelipatan dari salinitas awal setiap hari hingga ikan mati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaptasi salinitas awal 1 ppt dan peningkatan sebesar 1ppt/hari menyebabkan ikan dapat bertahan hidup sampai pada salinitas 27 ppt. Pada perlakuan lainnya, benih ikan mengalami kematian masal ketika salinitas mencapai 18-25 ppt.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Mengenal Ikan Patin
Ikan patin (Pangasius sp)termasuk jenis Catfish merupakan ikan ekonomis di Asia Tenggara dan di Indonesia banyak ditemukan di daerah Kalimantan, Sumatera dan jawa (Slembrouck et al, 2005). Oleh sebab itu, agar kegiatan budidaya Ikan Patin lebih baik kita harus memahami seluk beluk ikan patin tersebut terlebih dahulu. Secara umumnya pengenalan jenis-jenis ikan budidaya lainnya, untuk mengenal ikan patin, ada beberapa hal pokok yang perlu diketahui, yaitu morfologi, syarat hidup, kebiasaan hidup, serta ikan-ikan lain yang sekerabat dengannya.
Dalam kegiatan usaha budidaya ikan patin dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pembenihan dan tahap pembesaran. Tahap pembenihan dimulai dari pengadaan benih samapai diperoleh benih dengan ukuran tertentu. Adapun usaha pembesaran merupakan kelanjutan dari usaha pembenihan, yaitu benih yang dibeli kemudian dibesarkan sehingga mencapai ukuran konsumsi. Dari kedua tahapan tersebut maka keduanya berhubungan secara seri dengan pembenihan sebagai pangkal kegiatan. Maksudnya apabila tidak ada pembenihan maka pembesaran tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan usaha membenihkan ikan harus ada (Heru Susanto, 2001). 

2.1.1.      Morfologi Dan Klasifikasi
Ikan patin memiliki badan memenjang dan tidak bersisik. Panjang tubuhnya bisa mencapai sekitar 120 cm. Bebtuk tubuh ikan patin memanjang dengan warna dominan putih berkilau seperti perak dan punggung berwarna kebiru-biruan. Ketika masih kecil warana berkilauan seperti perak ini sangat cemerlang sehingga banyak yang menaruhnya di aquarium. Seperti halnya keluarga ikan lele-lelean, ikan patin tidak bersisik alias bertubuh licin. Kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak diujung kepala sebelah bawah. Disudut mulutnya terdapat dua pasang kumis, sebagaimana halnya dengan ikan lele. Kumis tersebut berfungsi sebagai alat peraba saat berenang atau mencari makan.
Dibagian punggung terdapat sirip yang dilengkapi dengan 7-8 buah jari-jari. Sebuah jari-jari bersipat keras. Jari-jari ini dapat berubah menjadi patil. Sisanya, 6-7 jari-jari, bersipat lunak. Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berfungsi sebagai patil. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak sementara itu, sirip perutnya hanya memiliki jari-jari lunak.
Selain itu ikan patin juga memiliki nama lokal jambal dan pangasius. Sementara itu, nama inggris nya adalah catfish alias ikan kucing lantaran ada kumisnya. Di pulau Sumatera, terutama Riau, jenis yang terkenal adalah ikan patin kunyit yang banyak ditangkap di sungai-sungai. Di pulau jawa ada yang dikenal sebagai patin jjambal, yang selain ditemukan dibeberapa sungai besar juga terdapat waduk-waduk.

Ikan patin memiliki sistematika atau klasifikasi sebagai berikut :
Ordo                : Ostariphysi
Subordo           : Siluroidea
Famili              : Pangasidae
Genus              : Pangasius
Spesies             : Pangasius pangasius Ham. Buch
Nama inggris   : Catfish
Nama Lokal     : Patin

2.1.2.   Syarat Hidup
            Ikan patin sangat toleran terhadap derajat keasaman ( Ph ) air. Artinya ikan ini dapat bertahan hidup dikisaran pH yang lebar, dari perairan yang agak asam ( pH rendah ) sampai perairan yang basa ( pH tinggi ), dari 5-9. Kandungan oksigen terlarut yang dubutuhkan bagi kehidupan ikan patin adalah berkisar antara 9-20 ppm. Alkalinitasnya antara 80-250. Suhu air media pemeliharaan yang optimal berada dalam kisaran 28º-30ºC.



2.1.3.   Kebiasaan Hidup
            Sebagaimana ikan catfish lainnya, ikan patin biasanya selalu bersembunyi didalam liang-liang ditepi sungai atau kali. Ikan ini baru keluar dari liang persembunyiannya pada malam hari setelah hari mulai gelap. Hal ini sesuai dengan sifat hidupnya yang nocturnal ( aktif pada malam hari ).
            Dihabitat aslinya sungai-sungai besar yang terbesar dibeberapa pilau di Indonesia, ikan ini lebih banyak menetap didasar perairan ketimbang di permukaan, sehingga digolongkan sebagai ikan dasar ( demersal ). Hal ini dapat dibuktikan dari bentuk mulutnya yang melebar, sebagai mana mulut-mulut ikan demersal lainnya.
            Secara alami, makan ikan patin dialam antara lain berupa ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, udang-udang moluska, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis makanan yang beragam tersebut, Oleh para ahli ikan patin dikategorikan sebagai ikan omnivore atau sebagai pemakan segala. Para penangkap ikan patin dialam dapat memperoleh ikan ini di tepi-tepi sungai pada akhir musim penghujan ( November-Maret ), Benih-benih ini dapat ditangkap dengan menggunakan alat-alat tangkap yang umum, seperti seser atau jala. Waktu penangkapan yang baik biasanya menjelng subuh, saat benih-benih ikan patin berenang bergerombol dipermukaan air sungai (Hernowo, 2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar