BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyaknya tambak kosong yang dibiarkan oleh petambak udang pada umumnya
diakibatkan oleh besarnya biaya produksi dan semakin meningkatnya potensi
terserang wabah penyakit. Untuk memanfaatkannya kembali diperlukan alternatif
komoditas potensial yang dapat dibesarkan pada periran tambak selain ikan-ikan
yang telah umum dibesarkan di perairan tambak.
Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang
potensial untuk dibesarkan karena kemudahannya dalam pembesaran, daging yang
tebal dan bobot individu yang tinggi. Ikan ini memiliki persyaratan budidaya
yang mudah karena tahan terhadap kadar oksigen terlarut yang rendah, tidak
memerlukan aliran air yang.
deras dan kolam yang tidak memerlukan
persyaratan tertentu sehingga biaya operasionalnya lebih murah. Namun ikan
patin merupakan ikan air tawar, sehingga untuk pengangkutan benih dan adaptasi
setiba ditempat pembesaran menjadi kendala tersendiri. Air sebagai media hidup
ikan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhannya. Beberapa faktor lingkunan
yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan adalah suhu, oksigen
terlarut, CO2 bebas, pH, salinitas, ammonia dan alkalinitas (Weatherley, 1972).
1.2 Tujuan
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan patin Pangasius sp. Benih
patin ukuran 1,5-2 inci dipelihara pada salinitas awal berbeda, yaitu 1, 2, 3,
4 dan 5 ppt. Salinitas air pemeliharaan ditingkatkan kelipatan dari salinitas
awal setiap hari hingga ikan mati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaptasi
salinitas awal 1 ppt dan peningkatan sebesar 1ppt/hari menyebabkan ikan dapat
bertahan hidup sampai pada salinitas 27 ppt. Pada perlakuan lainnya, benih ikan
mengalami kematian masal ketika salinitas mencapai 18-25 ppt.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Mengenal
Ikan Patin
Ikan patin (Pangasius sp)termasuk jenis Catfish merupakan ikan ekonomis di Asia
Tenggara dan di Indonesia banyak ditemukan di daerah Kalimantan, Sumatera dan
jawa (Slembrouck et al, 2005). Oleh sebab itu, agar kegiatan budidaya Ikan
Patin lebih baik kita harus memahami seluk beluk ikan patin tersebut terlebih
dahulu. Secara umumnya pengenalan jenis-jenis ikan budidaya lainnya, untuk
mengenal ikan patin, ada beberapa hal pokok yang perlu diketahui, yaitu
morfologi, syarat hidup, kebiasaan hidup, serta ikan-ikan lain yang sekerabat
dengannya.
Dalam kegiatan
usaha budidaya ikan patin dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap pembenihan
dan tahap pembesaran. Tahap pembenihan dimulai dari pengadaan benih samapai
diperoleh benih dengan ukuran tertentu. Adapun usaha pembesaran merupakan
kelanjutan dari usaha pembenihan, yaitu benih yang dibeli kemudian dibesarkan
sehingga mencapai ukuran konsumsi. Dari kedua tahapan tersebut maka keduanya berhubungan
secara seri dengan pembenihan sebagai pangkal kegiatan. Maksudnya apabila tidak
ada pembenihan maka pembesaran tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena
itu, kegiatan usaha membenihkan ikan harus ada (Heru Susanto, 2001).
2.1.1. Morfologi Dan Klasifikasi
Ikan patin
memiliki badan memenjang dan tidak bersisik. Panjang tubuhnya bisa mencapai
sekitar 120 cm. Bebtuk tubuh ikan patin memanjang dengan warna dominan putih
berkilau seperti perak dan punggung berwarna kebiru-biruan. Ketika masih kecil warana
berkilauan seperti perak ini sangat cemerlang sehingga banyak yang menaruhnya
di aquarium. Seperti halnya keluarga ikan lele-lelean, ikan patin tidak
bersisik alias bertubuh licin. Kepalanya relatif kecil dengan mulut terletak
diujung kepala sebelah bawah. Disudut mulutnya terdapat dua pasang kumis,
sebagaimana halnya dengan ikan lele. Kumis tersebut berfungsi sebagai alat
peraba saat berenang atau mencari makan.
Dibagian
punggung terdapat sirip yang dilengkapi dengan 7-8 buah jari-jari. Sebuah jari-jari
bersipat keras. Jari-jari ini dapat berubah menjadi patil. Sisanya, 6-7
jari-jari, bersipat lunak. Sirip dada memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah
jari-jari keras yang berfungsi sebagai patil. Sirip duburnya panjang, terdiri
dari 30-33 jari-jari lunak sementara itu, sirip perutnya hanya memiliki
jari-jari lunak.
Selain itu ikan
patin juga memiliki nama lokal jambal dan pangasius. Sementara itu, nama
inggris nya adalah catfish alias ikan
kucing lantaran ada kumisnya. Di pulau Sumatera, terutama Riau, jenis yang
terkenal adalah ikan patin kunyit yang banyak ditangkap di sungai-sungai. Di
pulau jawa ada yang dikenal sebagai patin jjambal, yang selain ditemukan
dibeberapa sungai besar juga terdapat waduk-waduk.
Ikan
patin memiliki sistematika atau klasifikasi sebagai berikut :
Ordo : Ostariphysi
Subordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius
pangasius Ham. Buch
Nama inggris : Catfish
Nama Lokal : Patin
2.1.2. Syarat Hidup
Ikan patin sangat toleran terhadap
derajat keasaman ( Ph ) air. Artinya ikan ini dapat bertahan hidup dikisaran pH
yang lebar, dari perairan yang agak asam ( pH rendah ) sampai perairan yang
basa ( pH tinggi ), dari 5-9. Kandungan oksigen terlarut yang dubutuhkan bagi
kehidupan ikan patin adalah berkisar antara 9-20 ppm. Alkalinitasnya antara
80-250. Suhu air media pemeliharaan yang optimal berada dalam kisaran 28º-30ºC.
2.1.3. Kebiasaan Hidup
Sebagaimana ikan catfish lainnya, ikan patin biasanya
selalu bersembunyi didalam liang-liang ditepi sungai atau kali. Ikan ini baru
keluar dari liang persembunyiannya pada malam hari setelah hari mulai gelap.
Hal ini sesuai dengan sifat hidupnya yang nocturnal
( aktif pada malam hari ).
Dihabitat aslinya sungai-sungai
besar yang terbesar dibeberapa pilau di Indonesia, ikan ini lebih banyak
menetap didasar perairan ketimbang di permukaan, sehingga digolongkan sebagai
ikan dasar ( demersal ). Hal ini dapat dibuktikan dari bentuk mulutnya yang
melebar, sebagai mana mulut-mulut ikan demersal lainnya.
Secara alami, makan ikan patin
dialam antara lain berupa ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga,
udang-udang moluska, dan biji-bijian. Berdasarkan jenis makanan yang beragam
tersebut, Oleh para ahli ikan patin dikategorikan sebagai ikan omnivore atau
sebagai pemakan segala. Para penangkap ikan patin dialam dapat memperoleh ikan
ini di tepi-tepi sungai pada akhir musim penghujan ( November-Maret ),
Benih-benih ini dapat ditangkap dengan menggunakan alat-alat tangkap yang umum,
seperti seser atau jala. Waktu penangkapan yang baik biasanya menjelng subuh,
saat benih-benih ikan patin berenang bergerombol dipermukaan air sungai
(Hernowo, 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar