Senin, 28 Januari 2013

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN AIR INDEK KEMATANGAN GONAD



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Perkembangan gonad pada suatu jenis ikan selalu menjadi perhatian bagi peneliti-peneliti reproduksi dimana peninjauannya dilakukan dari berbagai aspek yang termasuk di dalam gonad baik terhadap individu maupun populasi. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan villetogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu telur.
Suatu jenis ikan akan mulai bertelur (masak kelamin) pada umumnya berbeda dengan jenis ikan lainnya, sebab masing-masing jenis ikan mengalami perkembangan gonad dengan lama waktu yang berbeda-beda atau sesuai dengan umur yang harus dicapai oleh suatu jenis ikan untuk mulai bertelur. Perkembangan gonad ikan pada umumnya dengan pertambahan umur ikan, yaitu semakin dewasa seekor ikan maka perkembangan gonadnya akan semakin sempurna untuk mengadakan pembentukan dan pemasakan telur.
Di perkembangan gonad didalam reproduksi, sebagian dihasilkan dari metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian beratnya menurun setelah pemijahan. Percobaan kondisi gonad ini dapat dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad dinyatakan sebagai berat gonad dibagi beserta tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100 %.
Sebelum melakukan proses pemijahan, terlebih dahulu ikan mengalami perkembangan organ-organ seksualnya. Dalam hal ini yang perlu dicermati dan diketahui oleh para petani ikan yaitu mengenai perkembangan gonad ikan itu sendiri. Proses inilah yang dinamakan dengan proses kematangan gonad. Matang atau tidaknya gonad ikan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam usaha pembenihan ikan. Jika ikan yang akan dipijahkan sudah benar-benar matang gonad, maka pemijahan pun dapat berlangsung dengan baik dan telur-telur yang dihasilkan pun akan baik juga. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad maka diperlukan ilmu dan keahlian dalam mempelajari tentang gonad ikan.
Untuk mengetahui terhadap kematangan gonad suatu ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah pengamatan gonad berdasarkan kondisi gonad itu sendiri dan berdasarkan morfologi atau penampakan bagian luar tubuh ikan yang mengarah pada ciri-ciri matang gonad. Antara lain pada induk betina ciri yang paling utama adalah pada bagian perut terlihat membesar dan bila disentuh akan terasa lembek atau empuk. Sedangkan pada induk jantan apabila pada bagian perut diurut, akan mengeluarkan cairan kental putih susu.
Untuk memperoleh datatentang kematangan gonad ikan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : cara pertama, data tentang kematangan gonad dapat diketahui dengan cara mendetail karena dilakukan dalam laboratorium dan prosesnyapun membutuhkan waktu yang relatif lama karena harus melalui penelitian dan percobaan. Sedangkan cara yang kedua kematangan gonad dapat diketahui melalui morfologi ikan, cara ini banyak dilakukan oleh para petani ikan. Namun syarat utamanya yaitu petani ikan harus benar-benar sudah mengetahui ciri-ciri morfologi induk ikan yang sudah matang gonad, sehingga data yang diperoleh akan spesifik.
Untuk mempelajari hal tersebut, dalam sekala pendidikan peerkuliahan biasanya dilakukan praktikum-praktikum. Praktikum inilah yang nantinya akan memunculkan suatu kreatifitas dan ilmu yang nantinya dapat membekali pribadi mahasiswa apabila benar-benar telah terjun dalam dunia perikanan secara nyata.

1.2.      Tujuan Praktikum
       Adapun tujuan dalam melakukan praktikum pengamatan mengenai Indeks kematangan gonad dan Fekunditas ikan, adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui perbedaan antara gonad ikan jantan dengan gonad ikan betina.
  2. Untuk memperoleh data tentang fekunditas atau jumlah telur yang ada pada induk betina.
  3. Untuk mengetahui ciri-ciri innduk yang sudah matang gonad dilihat dari morfologi dan histologi.
  4. Untuk memperoleh data tentang indeks kematangan gonad antara induk ikan yang satu dengan yang lain berdasarkan bobot ikan dan panjang tubuh ikan.
5.      Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Ikan Lele ( Clarias batrachus )
             2.1.1.  Morfologi Dan Klasifikasi Ikan Lele ( Clarias batrachus )
 Ikan lele secara morfologi memiliki bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin ( tidak bersisik ). Sesuai dangan familinya yaitu Clariidae yang memiliki bentuk kepala pipih dengan tulang keras sebagai batok kepala. Disekitar mulut terdapat 4 pasang sungut. Pada sirip dada terdapat patil atau duri keras yang berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Secara anatomi ikan lele meiliki alat pernafasan tambahan yang terletak di bagian dapan rongga insang, yang memungkinkan ikan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Oleh karena itu, ikan lele dapat hidup dalam kondisi perairan yang mengandung sedikit kadar oksigen(Suyanto,1999).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMJovZGcsqWRH9LR3UOZslDEUbMXuC7CEufzzSD26hyNFDmuoWzlwnIxQdWJtGpVdvPtGRXyEX7W4kK0NySi_L2-Sk2Seu7oOSTUf0ZwP4emp8sJ6pXF95EYwl87KT9vn07zbg8l9lZU8h/s320/496475_ikanlele.jpg
Gambar 1. Ikan Lele ( Clarias batrachus ).

            Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de Beaufort (1965) digolongkan sebagai berikut :
Ø  Filum               : Chordata
Ø  Sub Filum        : Vertebrata
Ø  Kelas               : Pisces
Ø  Sub Kelas        : Teleostei
Ø  Ordo                : Ostariophysi
Ø  Sub Ordo        : Siluroidae
Ø  Famili              : Clariidae
Ø  Genus              : Clarias
Ø  Species            : Clarias batrachus
Ikan lele adalah pemakan jasad hewani yaitu krustassea kecil, larva serangga, cacing dan moluska. Ikan lele merupakan ikan yang termasuk dalam famili Clariidae memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernafasan tambahan yang bekerja apabila insang tidak dapat memperoleh kebutuhan oksigen pada bagian depan rongga insang yaitu arborescen organ. Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih (Najiyati, 1992).
Ikan lele secara alami bersifat nocturnal, artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap, pada siang hari ikan lele lebih memilih berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Dalam usaha budidaya ikan lele dapat beradaptasi menjadi sifat diurnal. Ikan lele termasuk dalam golongan ikan pemakan segala (omnivora) tetapi cenderung pemakan daging (karnivora) (Anonimous, 1992 dalam Fitriah, 2004). Sebagai alat bantu renang, lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur. Lele juga memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil ini berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak (Khairuman dan Amri, 2002 dalam Fitriah, 2004).
2.2.      Indeks Kematangan Gonad (IKG)
             Menurut Ichsan Effendie ( 1978 ), pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dengan ikan-ikan yang tidak melakukan reproduksi. Juga dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini akan didapatkan keterangan bila mana ikan itu akan memijah, baru memijah atau bahkan setelah memijah. Mengetahui untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada hubbungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan factor-faktor keliling seperti lingkungan yang mempengaruhinya Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya masak tidak sama ukurannya. Demikian pula yang sam spesiesnya. Lebih-lebih pada ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaannya lebih dari 5 derajat, maka akan terlihat perbedaan dalam ukran dan umur ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya.
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan cara histology dan dilakukan di laboratorium. Yang kedua dengan cara pengamatan morfologi yang bisa dilakukan di laboratorium dan bisa juga dilakukan di lapangan. Dari penelitian secara histology akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histology. namun cara morfologi banyak dilakukan oleh para peneliti.
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang terlihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter atau besarnya telur yang terdapat dalam gonad akan lebih mudahdilihat dari pada sperma yang ada dalam testis.
                 Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai proses selesai (Effendie, 1979).
Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat kematangan gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan ukuran terhadap rongga tubuh. Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan Indeks Kematangan Gonad (IKG), suatu persentase perbandingan berat gonad dengan berat tubuh.
Menurut Effendie (1997),  nilai IKG dapat dirumuskan sebagai berikut :
IKG     = BG
Keterangan      :
 IKG     = Indeks Kematangan Gonad  (%)
  • Bg       = Berat Gonad Ikan (gram)
  • Bt        = Berat tubuh Ikan (gram)

2.3.      Fekunditas Ikan
   Fekunditas adalah jumlah telur yang telah matang dalam suatu ovarium sebelum dikeluarkan pada waktu memijah. Fekunditas yang seperti ini dinamakan fekunditas mutlak (fekunditas individu), sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat dan panjang ikan (Effendie, 2002).
Haryono (2006) menyatakan bahwa, fekunditas ikan telah dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi dan persoalan stok-rekruitmen. Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam biologi perikanan. Arti fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya, tetapi secara umum tidak ada hubungan yang jelas antara fekunditas dengan jumlah telur yang dihasilkan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reproduksi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu di alam. Fekunditas juga merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respons terhadap makanan.
Wijaya (2008) menyatakan bahwa, pada umumnya fekunditas tertinggi didapatkan pada ikan-ikan yang telurnya bersifat relatif, kemudian jumlah sedang yaitu 1000 - 10.000 telur diproduksi oleh ikan yang meletakkan telurnya di dasar atau di atas vegetasi laut, sedangkan jumlah telur terkecil dihasilkan oleh ikan yang mengerami telurnya. Fekunditas tahunan sangat bergantung pada ukuran dan umur ikan serta pada kondisi nutrisinya.
Effendie (1997) menyatakan bahwa, beberapa kegunaan pengetahuan fekunditas antara lain sebagai bagian studi sistematik atau studi mengenai ras, dinamika populasi, produktivitas, potensi reproduksi, dan sebagainya. Dalam bidang akuakultur, jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan pada waktu pemijahan secara alami atau buatan sangat jelas kegunaannya terutama dalam persiapan fasilitas kultur ikan tersebut serta untuk keperluan selanjutnya.
Yasidi (2005) menyatakan bahwa, informasi mengenai besarnya fekunditas dari suatu spesies merupakan salah satu indikator untuk  menduga  besar potensi reproduksinya (Reproductive Potential). Mengenai hubungan panjang dan fekunditas beberapa jenis ikan menyimpulkan bahwa pada dasarnya bila data panjang dan fekunditas diplotkan dalam bentuk regresi, maka mempunyai kecenderungan slope yang sama yaitu hubungan positif. Namun terjadi variasi yang besar pula pada fekunditas persatuan ukurannya.
Effendie (2002) menyatakan bahwa, untuk spesies tertentu pada umur yang berbeda-beda memperlihatkan fekunditas yang bervariasi sehubungan dengan persediaan makanan tahunan. Pengaruh ini terjadi juga untuk individu yang berukuran sama dan dapat pula untuk populasi secara keseluruhan. Sebagian dari pengaruh tadi mempengaruhi telur dan persediaan telur.
Effendie (1997) menyatakan bahwa, mengenai hubungan panjang dan fekunditas beberapa jenis ikan menyimpulkan bahwa pada dasarnya bila data panjang dan fekunditas diplotkan dalam bentuk regresi, maka mempunyai kecenderungan slope yang sama yaitu hubungan positif. Namun terjadi variasi yang besar pula pada fekunditas persatuan ukurannya. Informasi mengenai besarnya fekunditas dari suatu spesies merupakan salah satu indikator untuk  menduga  besar potensi reproduksinya (Reproductive Potential).
Suradi (2008) menyatakan bahwa, Penerapan fekunditas relatif telah banyak dilakukan oleh beberapa orang peneliti. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Ada yang mengambil berat sebagai pembaginya dan ada pula yang mengambil panjang. Bahkan ada yang mengkombinasikan penggunaan fekunditas relatif yaitu ovari per satuan berat dengan panjang ikan. Namun baik fekunditas individu maupun fekunditas relatif tidak memperlihatkan kapasitas reproduksi dari populasi karena fekunditas individu tidak menunjukkan fekunditas populasi. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan panjang, lebih mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya.
Rosmawati (2005) menyatakan bahwa, dalam bidang akuakultur, jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan pada waktu pemijahan secara alami atau buatan sangat jelas kegunaannya terutama dalam persiapan fasilitas kultur ikan tersebut untuk keperluan selanjutnya. Beberapa kegunaan pengetahuan fekunditas antara lain sebagai bagian studi sistematik atau studi mengenai ras, dinamika populasi, produktivitas, potensi reproduksi, dan sebagainya.
Effendie (2002) menyatakan bahwa, untuk spesies tertentu pada umur yang berbeda-beda memperlihatkan fekunditas yang bervariasi sehubungan dengan persediaan makanan tahunan. Pengaruh ini terjadi juga untuk individu yang berukuran sama dan dapat pula untuk populasi secara keseluruhan. Sebagian dari pengaruh tadi mempengaruhi telur dan persediaan telur. Menurut Effendi (1997) nilai fekunditas dapat dinyatakan dengan rumus :
Fekunditas =
Ø  Gravimetrik = G/g = F/f
Keterangan :
F = Fekunditas (telur)
G = Berat gonad keseluruhan (gram)
V = Volume pengenceran (ml)
 X = Jumlah telur yang diamati pada mikroskop (telur)
 Q = Berat gonad sebagian (gram)

















BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.        Waktu dan Tempat Praktikum
  Kegiatan praktikum Fisiologi Hewan Air, Menghitung Indeks Kematangan Gonad dan Fekunditas Ikan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 17 januari 2012, pukul 10.00 – 12.20 WIB. Dan praktikum ini bertempat di Laboratorium dan Hatchery Departement Agrabisnis Perikanan PPPPTK /VEDCA Cianjur.
3.2.        Alat dan Bahan
  Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat bedah, baki, jarum pentul, timbangan, cawan petri, gelas ukur, lap atau tisu, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah induk ikan Lele (Clarias batrachus), betina matang gonad.
3.3.      Prosedur Kerja
             Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum, adalah sebagai berikut :
  1. Siapkan alat dan bahan.
  2. Timbang berat tubuh ikan atau bobot ikan.
  3. Amati cirri-ciri morfologi antara jantan dan betina.
  4. Matikan ikan dengan cara menusukan jarum pada bagian kepala.
  5. Setelah ikan mati, lakukanlah pembedahan pada bagian perut ikan dengan cara mengguntingnya dari bagian anus ke atas sampai kelihatan gonadnya.
  6. Ambil gonad ikan secara hati-hati kemudian timbang dan ukur volumenya.
  7. Untuk gonad ikan betina, lakukan pengambilan sampel telur pada beberapa titik (5 titik) kemudian timbang dan ukur volumenya.
  8. Hitung jumlah telur pada sampel yang sudah diambil.
  9. Hitunglah indeks kematangan gonad dan fekunditas gonadnya.


3.4.      Analisa Data
             IKG (Indeks kematangan gonad) dalam ini dapat diartikan sebagai nilai perbandingan antara gonad dengan tubuh ikan. Indeks kematangan gonad hanya berlaku pada ikan-ikan yang sudah mencapai ukuran dewasa dalam arti lain gonadnya.
IKG = BG/BT x 100%
Keterangan :
Ø  BG = Berat gonad (gram)
Ø  BT = Berat tubuh (gram)

Fekunditas (F)





            Beberapa cara menghitung fekunditas antara lain :
1.      Langsung (manual)
2.      Gravimetrik
3.      Volumetrik
4.      Gabungan (Gravimetrik dan Volumetrik)











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil
             





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar