Jumat, 18 Januari 2013

Laporan Sanilitas Suhu



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Air merupakan media bagi usaha budidaya ikan, maka pengelolaan air yang baik merupakan langkah awal dalam pencapaian keberhasilan budidaya ikan. Secara umum pengelolaan kualitas air dibagi kedalam tiga bagian, yaitu secara biologi, kimiadan fisika.Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebut (Campbell, 2004).
Setiap organisme harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya.Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan tingkah laku.Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan.Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu .Air memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebihlambat dari pada udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu mahluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit.Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungansekelilingnya (Hoole et al. 2005).

1.2  Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan  praktikum fisiologi ini diantaranya adalah agar :
Ø  Mengetahui respon organisme akuatik terhadap variabel lingkungan (suhu dan salinitas).
Ø  Mengetahui kisaran toleransi organisme akuatik terhadap variabel lingkungan (suhu dan salinitas).
Ø  Mengetahui perubahan suhu dingin dan suhu panas media air terhadap kondisi fisik dan tingkah laku ikan.
Ø  Mengetahui perubahan salinitas media air  terhadap kondisi fisik dan tingkah laku ikan.
                            
                             BAB II
                                   TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting dalam menunjang kehidupan organisme perairan. Pada suhu perairan yang tinggi aktifitas metabolisme akan meningkat sehingga pada kondisi demikian konsumsi oksigen akan bertambah pula, sedangkan kelarutan oksigen dalam air akan mengalami penurunan dengan bertambahnya suhu sehingga hal tersebut bisa saja menyebabkan kematian bagi organisme tertentu. Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan. Pada proses pencernaan yang tadak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak energi yang terbuang. Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat maka laju pencernaan juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat pengosongan lambung tinggi.
Pertumbuhan dan kehidupan biota budidaya sangat dipengaruhi oleh suhu air.Pada umumnya, dalam batas – batas tertentu kecepatan pertumbuhan biota meningkat sejalan dengan naiknya suhu air, sedangkan derajat kelangsungan hidupnya bereaksi sebaliknya terhadap kenaikan suhu.Artinya derajat kelangsungan hidup biota menurun pada kenaikan suhu.Pengaruh suhu secara tidak langsung lainnya adalah dapat mempengaruhi metabolisme, daya larut gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi kimia didalam air.
Menurut Ghufran (2007), suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan air tawar dibatasi oleh suhu di perairan tersebut. Secara umum laju pertumbuhan meningkat seiring dengan kenaikan suhu, karena dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhunya sampai ekstrim (drastis).Suhu air dapat mempengaruhi biota air secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air.Semakin tinggi suhu air maka semakin rendah daya larut oksigen didalam air, begitupun sebaliknya. Pada suhu 36o C dan salinitas 36 ppt nilai kelarutan oksigen dalam air sebesar 5,53 ppm, sedangkan  pada suhu 30o C dan 25o C serta salinitas yang sama kelarutan tersebut berturut – turut adalah setinggi 6,14 ppm dan 6,71 ppm (Boyd, 1981. Dan saenong, 1992. Dalam Ghufran, 2007)
Menurut Gusrina (2008), Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh usim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya.
Menurut Andrianto, 2005. Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup.

2.2   Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo) dan salinitas dapat diukur dengan menggunakan Refraktometer atau salinometer. Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya berkisar antara 6–29  ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.
Menurut Andrianto, 2005. Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup.
Menurut Gusrina, 2008. Salinitas merupakan gambaran tentang padatan total didalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000 gr air contoh.Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lain-lain.
Menurut A. Adriyana, 2010. Salinitas adalah kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000 gram air, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara dan semua zat organik mengalami oksidasi sempuma (Forch et al,1902 dalam Sverdrup et al, 1942). Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.
Menurut Boyd (1982) dalam Ghufran dkk (2007), salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air.Parameter kimia tersebut dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu daerah.Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline).



















BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum fisiologi hewan air dilaksanakan pada19 dan 26 november2012 Di Laboratorium Departemen Perikanan Vedca Cianjur.

 3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
a)Praktikum salinitas
§  Toples
§  Gelas ukur
§  Baskom
§  Timbangan digital
§  Aerasi

b)      Praktikum suhu
§  Toples
§  Baskom
§  Gelas ukur
§  Termometer
§  Kompor
§  Panci
§  Aerasi
§  Ember
3.2.2 Bahan
a) Praktikum salinitas
§  Air
§  Garam
§  Tissue
§  5 ekor Ikan  lele dan5 ekor Ikan Nila
b)Praktikum suhu
§  Air
§  5 ekor Ikan Lele
§  5 ekor Ikan Nila
§  Tissue
§  Es batu
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Perlakuan Ikan Terhadap Salinitas (5 ppt)
·      Bersihkan toples menggunakan spons.
·      Isitoples dengan air (volume air 10 litter).
·      Beri aerasi pada  toples perlakuan.
·      Timbang garam sebanyak 50 gram untuk 10 liter air (5 ppt)
·      Masukan garam kedalam toples, aduk hingga garam larut dalam air.
·      Masukan 2 jenis ikan uji coba dengan jumlah masing-masing 5 ekor. Yang lebih dahulu ditimbang bobot awal ikan uji coba menggunakan timbangan digital.
·      Amatilah tingkah laku ikan uji coba selama praktikum berlangsung dan  catat hasil pengamatan.
·      Setelah praktikum selesai, timbang bobot akhir ikan uji coba.
3.3.2 Perlakuan  IkanTerhadap Salinitas (Gradual).
·      Bersihkan toples menggunakan spons.
·      Isi toples dengan air (volume air 10 litter).
·      Beri aerasi pada  toples perlakuan.
·      Timbang garam secukupnya (50 gr untuk menaikan 5 ppt)
·      Masukkan garam kedalam toples, aduk hingga larut dalam air.
·      Masukkan 2 jenis ikan uji coba masing-masing 5 ekor, yang sudah di timbang terlebih dahulu dengan menggunakan timbangan digital.
·      Amatilah tingkah laku ikan uji coba selama praktikum berlangsung dan cata hasil pengamatan.
·      Setelah praktikum selesai, timbang bobot akhir ikan uji coba.

3.3.3Perlakuan Ikan Terhadap Suhu (Gradual panas)
·      Masak air hingga mendidih.
·      Sebelum air mendidih bersihkan toples dengan menggunakan spons.
·      Isi toplesdengan air (dengan volume air 10 litter)
·      Beri aerasi pada tiap-tiap toples.
·      Masukan 2 jenis ikan uji coba dengan jumlah ikan masing –masing 5 ekoryang lebih dahulu
ditimbang bobot awal ikan uji coba menggunakan timbangan digital.
·      Masukan air panas kedalam toples secara perlahan (setiap 10 menit suhu dinaikan 3 derajat Celcius hingga suhu mencapai 40 derajat Celcius).
·      Ukur dengan thermometer.
·      Amati tingkah laku ikan sampel setiap 10 menit dan catat perubahan yang terjadi serta catat hasil pengamatan.
·      Setelah selesai timbang bobot  akhir ikan uji coba.

3.3.4 Perlakuan Ikan Terhadap suhu konstan (5 derajat Celcius).
·      Bersihkan toples dengan menggunakan spons.
·      Isi toples dengan air (dengan volume air 10 litter)
·      Beri aerasi pada toples.
·       Masukan 2 jenis ikan uji coba masing –masing 5 ekor yang lebih dahulu
ditimbang bobot awal ikan uji coba menggunakan timbangan digital.
·      Masukan es batu kedalam toples secara perlahan hingga suhu air mencapai 5 derajat Celcius.
·      Ukur menggunakan thermometer.
·      Amati tingkah laku ikan uji coba selama praktikum berlangsung dan catat hasil pengamatan setiap 10 menit sekali.
·      Setelah praktikum selesai timbang bobot akhir ikan uji coba.
                      



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PERCOBAAN
Pengamatan praktikum fisiologi hewan air mengenai respon adaptasi ikan terhadap salinitas dan suhu dilihat dari:
a)   Gerakan tubuh
b)   Kesimbangan tubuh
c)   Bukaan mulut
d)   Gerakan opercullum
4.1.1 SUHU
4.1,1.1 Perubahan Bobot Ikan Terhadap suhu.
Tabel 1.Perubahan bobot ikan pada suhu konstan 5 derajat Celcius.
Nama Ikan
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
∆ Bobot (gr)
Ikan Lele
98gr
75,5
22,5gr
Ikan Nila
183 gr
144 gr
39gr

Tabel 2.Perubahan bobot ikan terhadap perubahan suhu secara gradual.
Nama Ikan
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
∆ Bobot (gr)
Ikan Lele
98gr
50gr
48 gr
Ikan Nila
183 gr
47,5 gr
135,5gr









4.1.1.2 TingkahLaku Ikan Terhadap Suhu.
Tabel 3. Tingkah laku ikan terhadap variable Suhu Gradual Panas
Waktu
Tingkah Laku
Ikan Nila
Ikan Lele
10
Stabil
Stabil
20
Stabil
Agresif
30
Agresif, menabrak dinding wadah, kotoran meningkat.
Gerakan lambat, sesekali naik ke permukaan
40
Berada di dasar wadah, kotoran semakin meningkat.
Kotoran meningkat, lebih lama berada di permukaan
50
Naik ke permukaan, berkumpul di aerasi
3 ekor pingsan

Tabel 4.Tingkah laku ikan terhadap variable suhu konstan 5 derajat Celcius
Waktu
Tingkah Laku
Ikan Nila
Ikan Lele
10
Agresif, melompat-lompat dan menabrak dinding
Agresif, melompat-lompat dan menabrak dinding
20
Pingsan di dasar wadah
Pingsan  di dasar wadah
30
Mati
Mati

4.1.1.3 Jumlah ikan yang hidup pada setiap perlakuan
Tabel 5. Jumlah ikan hidup pada perlakuan Gradual Panas
Waktu (menit)
Jumlah Ikan Hidup
Ikan Nila
Ikan Lele
10
Hidup semua (5 ekor)
Hidup semua (5 ekor)
20
Hidup semua (5 ekor)
Hidup semua (5 ekor)
30
Hidup semua (5 ekor)
Hidup semua (5 ekor)
40
Hidup semua (5 ekor)
Hidup semua (5 ekor)
50
Hidup semua (5 ekor)
3 ekor mati, 2 ekor hidup
Tabel 6. Jumlah ikan hidup pada perlakuan konstan 5 derajat Celcius
Waktu (menit)
Jumlah Ikan Hidup
Ikan Nila
Ikan Lele
10
Pingsan (5 ekor)
Pingsan (5 ekor)
20
Pingsan (5 ekor)
1 ekor mati, 4 ekor pingsan
30
Semua mati (5 ekor)
Semua mati (5 ekor)

4.1.2 SALINITAS
4.1.2.1 Perubahan Bobot Ikan Terhadap Salinitas
Tabel 7. Perubahan bobot ikan terhadap salinitas
NO
SALINITAS
JENIS IKAN
BOBOT AWAL
AKHIR  BOBOT
SELISIH BOBOT
1
5 ppt

Nila
Lele
68,88 gr
27,10 gr
65,53 gr
26,58 gr
3,35 gr
0,52 gr
2
Gradual
Nila
Lele
62,40 gr
25,64 gr
56,84 gr
25,60 gr
5,56 gr
0,4 gr

4.1.2.2 Tingkah Laku Ikan Terhadap Salinitas
Tabel 8. Tingkah laku ikan terhadap variable salinitas 5 ppt
WAKTU
(MENIT)
HASIL PENGAMATAN
IKAN NILA
IKAN LELE
1


Ikan  nila berenang didasar wadah mulai menit petama sampai menit ke 11 berenang dengan normal
Menit pertama ikan lele melompat dan menabrak dinding

2

Gerakan lincah dan agresif hingga melompat  kepermukaan air
3

Lele melompat keluar
5

Lele berenang –renang kepermukaan air
7

Ikan lele melompat  keluar dari wadah pengamatan
6

Lele berenang –renang kepermukaan air
7

Ikan lele melompat  keluar dari wadah pengamatan

9

Lele berenang –renang kepermukaan air menabrak dinding
12
Ikan nila mulai muncul kepermukaan air

Ikan lele berenang –renang kepermukaan air menabrak dinding
14

Ikan lele melompat keluar wadah
16
Ikan nila mulai bereng-renang kepermukaan
Mengitari dinding wadah
18
Ikan nila banyak yang naik ke atas dan mendekati aerasi
Ikan lele bereng –renang didekat aerasi
22
Ikan cendrung  mendekati aerasi
Ikan nila brenang dan melompat
24
Ikan nila mulai muncul kepermukaan air
Lele berenang  menabrak dinding
26
Ikan nila mulai muncul ke permukaan dan kemudian kembali kedasar wadah
Ikan lele melompat-lompat dan mendekat aerasi
28
Ikan nila berenang kepermukaan
Ikan lele kepermukaan dan kedasar wadah
30
Ikan nila megap-megap ke permukaan
Ikan lele melompat-lompat kepermukaan air
32
Ikan nila megap-megap dan kembali ke permukaan
Ikan lele merenang-renang kepermukaan air
33
Ikan nila megap-megap ke permukaan dan kemudian mendekati aerasi
Ikan lele melompat-lompat kepermukaan air
37
Ikan nilan menukik kebawah menabrak dasar tobles
Ikan lele mendekati aerasi
42
Ikan nila berenang naik turun
Lele berenang –renang  menabrak dinding
45
Ikan nilan menukik kebawah dasar tobles
Ikan lele bergerombol mendekatiaerasi
48
Ikan bernang megap-megap dan menabrak dinding wadah
Ikan lele naik turun dan mendekati aerasi
54
Feses ikan terlihat panjang
Fases ikan terlihat panjang
Tabel 9. Tingkah laku ikan terhadap variable salinitas Gradual
WAKTU
(MENIT)
                                             TINGKAH LAKU IKAN       
IKAN NILA
IKAN LELE
10 (5ppt)
v  Menit ke 5ikan nila berenang didasar wadah
v  Menit ke 3 melompat dinding wadah dan lompat jatuh keluar
v  Menit ke 9 lompat  keluar kembali
20 (10ppt)
v  Menit ke-14 ikan nila mulai muncul kepermukaan air
v  Menit ke 12 lele menjadi  lebih agresif
v  Menit ke ikan muncul kepermukaan air
v  Menit ke 14lele melompat keluar wadah
v  Menit ke 20 ikan melompat keluar wadah
30 (15ppt)
v  Menit ke 22sirip dada berwarna kemerahan
v  Menit ke 25 ikan nila gerakan lebih agresif dan berkumpul /berenang mendekat aerasi
v  Menit ke 21 ikan berenang –renang menghadap kepermukaan air(berdiri)tubuh sudah memulai lemah dan gerakan tdak agresif lagi
v  Menit ke 25 ikan melompat keluar wadah
v  Menit ke 26 ikan masih ada yang melompat keluar wadah
v  Menit ke 29 ikan pingsan 1 ekor
40 (20ppt)
v  Menit ke 31ikan berenang ditengah –tengah permukaan air
v  Menit ke 36 ikan nila yang berenang di dasar wadah
v  Menit ke ikan berenang dipermukaan ,dan kotoran semakin banyak

v  Menit ke-31  ikan melompat keluar wadah dan brenang-renang kepermukaan air
v  Menit ke 32 ikan pingsan 1 ekor  lagi
v  Menit ke 33 kulit lele agak kemerah-merahan
v  Menit ke 35 ikan sudah mulai keluar kotoran
v  Menit ke 38 bagian kepala ikan kepala sudah berwarna agak putih
50 (25ppt)
v  Menit ke 42 ikan berenang ditengah –tengah wadah perairan
v   Menit ke 48 nila bereng keatas permukaan air ,kotoran semakin banyak
v  Menit ke 42 lele melompat –lompat
Kepermukaan air feses sudah mulai meningkat 
v  Menit ke 49 ikan berenang  terbalik ,mulut kemerah-merahan dan berenang bergerombol
 3 ekor pingsan 2 ekor mati

4.1.2.3 Jumlah Ikan yang Hidup Pada Setiap Perlakuan
Tabel 10. Jumlah ikan yang hidup pada salinitas gradual
WAKTU
(MENIT)
IKAN YANG HIDUP
NILA
LELE
10
5 Ekor
5 Ekor
20
5 Ekor
5 Ekor
30
5 Ekor
5 Ekor
40
5 Ekor
3 Ekor ,2 ekor pingsan
50
5 Ekor
3 Ekor

Tabel 11. Jumlah ikan yang hidup pada salinitas konstan 5 ppt
WAKTU
(MENIT)
IKAN YANG HIDUP
NILA
LELE
10
5 Ekor
5 Ekor
20
5 Ekor
5 Ekor
30
5 Ekor
5 Ekor
40
5 Ekor
5 Ekor
50
5 Ekor
5 Ekor

Hasil pengujian respon ikan lele dan ikan nila terhadap suhu 5°c yaitu suhu sama dimana ikan nila lebih tahan dan cepat berdaptasi pada yang tinggi. Perubahan suhu dapat berpengaruh dan mengakibatkan perubahan. Hal ini menunjukan bahwa ikan nila mampu hidu pada perubahan parameter yang luas. Menurut Suyanto dan Mujiman, 1994 .suhu meningkat, kadar oksigen menurun, sehingga ikan lele lebih tidak tahan  respon terhadap perubahan lingkungan.
4.1.3 RUMUS
Dari table diatas dapat diperhitungan tingkat kematian (mortalitas) dan tingkat kelangsungan hidup ikan (survival rate) diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
M    =   (No-Nt)/No x 100%
SR   =   (Nt/No) x 100%
Keterangan      :
M    =   Mortalitas
SR   =   Survival Rate
No   =   Jumlah Awal
Nt    =   Jumlah Akhir

4.1.3.1 Suhu

Perlakuan konstan 5 derajat Celcius
Ikan Nila :Mr  =    0 – 5 x  100% =  5 x 100 = 100%
             5                     5         
                   SR =     0  x 100 % =0%
            5                    

Ikan Lele :Mr  =    0 – 5 x  100% =  5 x 100 = 100%
             5                     5        
                   SR =      0  x 100 %  = 0%
             5                       

Perlakuan gradual Panas
Ikan Nila :Mr=    5 – 5 x  100% =  0 x 100 = 0%
                                  5         5
SR =5  x 100 %  = 100%
             5                      

Ikan Lele : Mr =    5 – 2 x  100% =  3 x 100 = 60%
                    5                      5 
SR  =2  x 100 %  = 40%
5


4.1.3.2 Salinitas

            Perlakuan konstan 5 ppt
Ikan Nila : Mr =    5 – 5 x  100% =  0 x 100 = 0%
            5                       5        
SR  =5  x 100 %  = 100%
            5                      
Ikan Lele :Mr =    5 – 5 x  100% =  0 x 100 = 0%
            5                       5        
SR  =5  x 100 %  = 100%
5
            Perlakuan Gradual
Ikan Nila : Mr =    5 – 5 x  100% =  0 x 100 = 0%
            5                       5        
SR  =5  x 100 %  = 100%
5
Ikan Lele : Mr =    5 – 3 x  100% =  2 x 100 = 40%
            5                       5        
SR  =3  x 100 %  = 60%
5

Dari pengujian respon ikan lele dan ikan nila terhadap salinitas 5ppt dan suhu 5°c yaitu baik salinitas  maupun suhu sama dimana ikan nila lebih tahan dan cepat berdaptasi pada salinitas dan suhu yang tinggi. Perubahan suhu dan salinitas dapat berpengaruh dan mengakibatkan perubahan.Hal ini menunjukan bahwa ikan nila mampu hidup pada perubahan parameter yang luas.
Dari data diatas menunjukkan bahwapenggunaan aerasi pada saat uji cobasangatlah dibutuhkan bagi ikan untuk menyuplai oksigen  yang salinitas tinggi. Karena pada salinitas tinggi sudah diketahui  bahwa kandungan oksigen rendah, maka ikan lele sering berkumpul didaerah aerasi begitupun sebaliknya, pada salinitas yang rendah ikan menjauh dari sumber aerasi. ikan menunjukan tingkah lakunya yang diam, ini berarti ikan nila masih mampu melakukan toleransi terhadap salinitas tersebut. Hal ini sesuai dengan tanggapan Menurut Andrianto (2005). Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari 0 – 35 ppt. pada percobaan ini, ikan nila mulai menunjukan perubahan pada menit ke 20, dimana ikan mulai pasif bergereak dan diam didasar kolam hingga menit ke 50. Pada salinitas 5 ppt ikan lele mati 2ekor, sedangkan ikan nila tidak ada satupun yang mati.Hal ini menunjukan bahwa ikan nila lebih mampu beradaptasi pada salinitas tinggi dibandingkan ikan lele.Sehingga wajar saja jika ikan nila dapat tergolong kedalam ikan air tawar, payau, bahkan air laut.         

4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 SUHU
Di alam naik turunnya suhu air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.perubahan suhu air yang terlalu ekstrim akan berdapat buruk terhadap ikan yang dipelihara. Akibatnya ikan menjadi stres, dan apabila ikan sudah stress maka ikan tersebut akan rentan terhadap penyakit dan mati. Suhu akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bila suhu terlalu rendah maka pertumbuhan ikan yang dipelihara akan lambat tumbuh, karena bila suhu rendah maka proses metabolisme ikan akan menjadi lambat dan nafsu ikan akan menurun. Namun jika suhu terlalu tinggi juga tidak baik untuk pertumbuhan ikan sebab jika suhu tinggi maka tingkat metabolisme tinggi, jika metabolisme tinggi maka kadar oksigen terlarut menjadi turun sehinga ikan kesulitan untuk bernafas, dan yang lebih buruk lagi kadar amoniak dalam air menjadi naik dan akhirnya ikan menadi keracunan oleh fesesnya sendiri.suhu harus tepat yaitu kisaran optimum 25 - 30 derajat celcius.
Dari data diatas dapat dilihat bahwapada suhu 5 derajat Celcius tidak ada satu ikan pun hidup pada setiap spesies, baik ikan lele maupun ikan nila. Ikan hanya mampu bertahan dibawah 10 menit saja,ini karenakan pada suhu dingin ikan cenderung berdiam diri karena ikan merupakan hewan berdarah dingin sehingga pada saat ikan dimasukkan kedalam suhu 5 derajat Celcius ikan stress, stress ini dapat dilihat dari tingkah laku ikan yang melompat-lompat dan menabrak dinding wadah percobaan. Namun setelah beberapa saat ikan cenderung diam, lalu tanpa sadar pingsan dan pada akhirnya mati.Kematian ini terjadi karena suhu yang begitu dingin mnyebabkan sel-sel saraf pada ikan menjadi perlahan-lahan terbius (enggan berfungsi), hingga akhirnya ikan benar-benar mati. Sehingga dapat kita lihat sendiri dari 10 ekor ikan yang masinhg-masing terdiri dari ikan nila dan ikan lele tidak ada satu ekor pun yang mampu hidup pada suhu 5 derajat Celcius, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada suhu 5 derajat Ccelcius termasuk kedalam Zona Lethal yang artinya lingkungan perairan yang dapat membunuh.
Sedangkan pada suhu gradual 30 – 42 derajat Celcius, ikan nila lebih dapat dapat bertahan dibandingkan ikan lele, ikan nila lebih memiliki ketahanan  terhadap suhu tinggi dibandingkan ikan lele namun demikian bukan berarti ikan nila dapat tumbuh baik pada suhu tersebut, karena tentu semakin tinggi suhu maka makin tinnggi pula tingkat metabolismenya sehingga dapat meningkatkan kadar amoniak didalam kolam, ini dapat dilihat dari banyaknya feses yang dihasilkan oleh ikan nila tersebut sesuai dengan data diatas. Sedangkan ikan lele hanya mampu bertahan sampai suhu sekitar 35 derajat Celcius, setelah suhu dinaikkan 3 derajat Celcius ikan lele mulai menunjukkan tanda stressnya dan tidak lama kemudian ikan lele pingsan dan akhinya mati. Stress ikan dapat dilihat dari tingkah lakunya yang lebih agresif, fesesnya yang panjang-panjang, warna tubuh yang memerah, melompat-lompat, menabrak dinding dan cenderung lebih sering mendekati aerasi.Sampai akhir praktikum selesai ikan lele yang hidup hnya 2 ekor saja berbeda dengan ikan nila yang masih utuh hidup semuanya. Walaupun hidup semua ikan nila juga terlihat stress, karna ikan nila juga berprilaku seperti ikan lele, hanya saja ikan nila tidak sampai mati. Suhu yang memberi dampak stres pada lele mulai terjadi pada suhu air >35 derjat Celcius.Pada suhu ini ikan mulai kehilangan keseimbangannya(oleng sana-oleng sini) dan akhinya ikan lele hanya berenang berdiri menghadap ke permukaan wadah percobaan.
4.2.2 SALINITAS
Berdasarkanhasil yangdiperoleh selama praktikumtentang pengaruh salinitas terhadap organisme akuatik disini didilakukan dengan menggunakan ikan nila dan ikan lele. Wadah yang digunakan dalam praktikum ini adalah toples yang diisi 10 liter lalu di masukkan ikan nila dan ikan lele yang masing-masing 5 ekor, lalu di tambahkan garam sanyak 50 gram setiap salinitas dinaikkan 5 ppt. Pengamatan dilakukan dengan melihat tingkah laku ikan selama praktikum berlangsung.Salinitas yang digunakan pada saat praktikum adalah mulai 5-20 ppt.Dengan salinitas seperti ini tentu ikan nila lebih dapat karna seperti yang kita ketahui ikan nila dapat bertahan pada salinitas yang tinggi, karena ikan nil merupakan ikan yang dapat hidup pada kisaran suhu yang panjang (eurihalin).Sedangkan ikan lele hanya mampu hidup pada kisaran salinitas rendah, maka ikan lele cenderung lebih agresif di.bandingkan dengan ikan nila.Keagresifan ini dapat dilihat dari tingkah lakunya yang melompat-lompat menabrak dinding, dan terkadang mendekati aerasi. Karna ikan lele tidak memiliki sisik maka ikan lele lebih mudah stress terhadap pengaruh salinitas, ini ditandai dengan berubahnya warna tubuh ikan lele menjadi kemerah-merahan.
Selama praktikum berlangsung, penggunaan aerasi sangat dibutuhkan untuk menyuplai kandungan oksigen. Karena pada salinitas tinggi telah diketahui bahwa kandungan oksigen rendah. Kandungan kadar garam dalam suatu media berhubungan erat dengan sistem (mekanisme) osmoregulasi pada organisme air tawar. Affandi (2001) berpendapat bahwa organisme akuatik mempunnyai tekananosmotik yang berbeda-beda dengan lingkungannya. Oleh karena itu ikan harus mencegah kelebihan airatau kekurangan air agar proses fisiologis di dalam tubuhnya berlangsung normal.Dalam pengaturan tekanan osmotik pada setiap ikan, termasuk ikan lele melibatkan peran beberapa organ. Hal ini sesuai dengan pendapat Affandi (2001) bahwa organ osmoregulasi pada ikan meliputi ginjal, insang, kulit dan saluran pencernaan. Berdasarkan pendapat Affandi (2001) bahwa insang ikan merupakan organ penting yang mampu dilewati air maupun mineral, pemeabilitas insang yang tinggi terhadap ion-ion dapat menyebabkan insang pasif bergerak. Untuk organ dalam yang berhubungan dengan organ osmoregulasi tidak dapat diketahui secara pasti pengaruhnya terhadap kadar salinitas karena hanya dilakukan pengamatan tingkah laku ikan saja. Pengaruh organ-organ tersebut hanya dapat diketahui berdasarkan literatur yang ada.
Pada salinitas konstan 5 ppt baik ikan nila maupun ikan lele masih dapat bertahan hidup, walau sesekali ikan lele melompat keluar wadah percobaan.Ini dibuktikan dengan tidak ada satu ekor pun ikan yang mati. Namun pada salinitas yang lebih tinngi hanya ikan nila lah yang mampu bertahan karena ikan nila dapat bertahan pada kisaran salinitas yang tinggi.namun bukan berarti ikan nila tidak menunjukkan tingkah stress, ikan nila cenderung mendekati aerasi, ini di karenakan kadar garam yang tinggi menyebabkan oksigen terlarut dalam air menjadi rendah.dampak stress yang terlalu lebih terlihat dari ikan lele. Ikan lele lebih agresif bergerak dan sering melompat-lompat menabrak dinding wadah percobaan, bahkan sempat beberapa kali ikan lele melompat keluar dari media percobaan. Ikan lele hanya mampu bertahan pada salinitas <15 ppt, setelah salinitas melebihi dari kisaran tersebut lele terlihat lemah, berengan berdiri dan akhinya pingsan, hingga sampai praktikum ikan lele yang masih hidup hnya 3 ekor saja, sedangkan pada ikan nila masih dapat bertahan hidup seluruhnya.












BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
         Dari hasil uji diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan suhu yang teralu dapat menyebabkan ikan stress bahkan terbunuh. Dan jika dibandingkan ikan nila lebih unggul dibandingkan dengan ikan lele, ikn nila lebih kuat terhadap perubhan baik suhu maupun salinitas.Sehingga wajar saja jika ikan nila dapat hidup pada air payau maupun air laut.Berbeda dengan ikan lele yang tidak mampu hidup pada suhu dan salinitas yang tinggi, sesuai dengan habitat aslinya yaitu pada lingkungan yang berlumpur yang cenderung lebih sejuk.
         Suhu dan salinitas merupakan salah satu faktor yang perlu didalam kegiatan budidaya, sebab suhu dan salinitas ini berhubungan langsung dengan  linkungan budidaya. Jika lingkungannya baik maka pertumbuhan ikan akan baik pula, juga sebaliknya.
           











DAFTAR PUSTAKA
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK.Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
http://aryansfirdaus.wordpress.com/2010/10/25/pengaruh-suhu-dan-salinitas-terhadap-keberadaan-ikan/gkan ikan nila, ikan mas lebih rentan dan sulit untuk beradaptasi.
Affandi. 2001. Fisiologi Hewan Air. Unri, Press : Riau
Gufhran dkk. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta
http://zonaikan.wordpress.com/2010/06/26/faktor-yang-mempengaruhi-suhu-air/s
http://rekamunandar.wordpress.com/2012/06/25/67/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar